JAKARTA, PARLEMENRAKYAT.id – Demokrasi Indonesia kembali berdarah. Seorang pengemudi ojek online (ojol) yang turut serta dalam aksi demonstrasi di Jakarta tewas mengenaskan setelah dilindas mobil rantis aparat kepolisian. Tragedi ini menyulut amarah publik, terutama dari kalangan Aktivis 98, yang mengecam keras tindakan represif aparat dan menuntut keadilan.
Bagi Aktivis 98, gugurnya kawan ojol bukan hanya kabar duka, melainkan tamparan telak bagi demokrasi yang semakin tergerus. Aparat yang seharusnya menjaga keamanan rakyat justru menjelma menjadi alat represi yang merenggut nyawa.
“Nyawa rakyat bukan harga murah yang bisa ditukar dengan arogansi kekuasaan. Gugurnya kawan ojol adalah bukti telanjang bahwa brutalitas aparat masih jadi wajah buram negeri ini,” tegas Aktivis 98 dalam pernyataannya.
Demokrasi Terkoyak di Jalanan
Aksi demonstrasi yang digelar mahasiswa dan rakyat hari ini adalah ekspresi sah atas keresahan kebijakan yang dinilai tidak adil. Namun, aparat menjawab dengan kekerasan.
“Demokrasi seharusnya memberi ruang aman untuk bersuara, bukan mengantar rakyat ke liang lahat. Tragedi ini menunjukkan betapa rapuhnya komitmen negara dalam melindungi hak-hak konstitusional,” tambah mereka.
Aktivis 98 menegaskan, keberanian rakyat turun ke jalan adalah bukti bahwa semangat Reformasi masih hidup, meski harus dibayar dengan darah dan nyawa.
Tuntutan Tegas Aktivis 98
Dalam sikap resminya, Aktivis 98 menyampaikan enam tuntutan keras:
- Turut berduka cita atas gugurnya kawan ojol, pejuang demokrasi sejati.
- Menuntut proses hukum berat tanpa kompromi terhadap oknum aparat pelaku. Tidak boleh ada impunitas!
- Mengecam keras brutalitas aparat dalam menghadapi aksi rakyat.
- Mendesak Presiden mencopot Kapolri dan Kapolda Metro Jaya karena gagal total mengendalikan aparat di lapangan.
- Berkomitmen bersama rakyat melawan intimidasi, pembungkaman, dan kekerasan negara.
- Mengutuk elit politik pongah yang abai pada penderitaan rakyat.
Darah yang Menyalakan Perlawanan
Bagi Aktivis 98, kematian kawan ojol akan menjadi bara perjuangan baru.
“Darah yang tumpah tidak akan pernah sia-sia. Ia akan menjelma api yang membakar kesadaran rakyat untuk melawan ketidakadilan dan menegakkan demokrasi. Brutalitas aparat tidak boleh dibiarkan, harus dilawan!” pungkas pernyataan tersebut.
Pernyataan ini ditandatangani puluhan tokoh Aktivis 98 dari berbagai daerah, di antaranya Ubedillah Badrun, Ray Rangkuti, Surya, Danar Dono, Antonius Danar, Kusfiardi, Wakil Kamal, Embay S, Ronald Loblobly, Eko Koting, Fauzan L, Firman Tendri, Muhammad Jusril, Ivan Panusunan, Muradi, Agung Dekil, Syamsudin Alimsyah, dan banyak nama lainnya.
 
									 
											




