Tradisi Remo dalam Komunitas Blater di Madura,Begini Ujar Klebun Ketapang Daya

by

SAMPANG,PARLEMENRAKYAT.id – Dalam masyarakat Madura tepatnya di kota Sampang dan Bangkalan terdapat kelas sosial yang tidak sama dengan struktur masyarakat pada umumnya.

Mereka menyebut diri mereka blater, yang memiliki tradisi yang mereka sebut remo. Gaya hidup individu ini juga berbeda dengan masyarakat pada umumnya.

Moh. Wijdan ( Ketua Paguyuban Klebun Pantura Sampang ) menerangkan bahwa tradisi remo pada masyarakat blater merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang orang Madura. dan tradisi remo ini lebih dikenal luas di Madura (Sampang dan Bangkalan khususnya), merupakan ajang pertemuan para Tokoh blater dari seluruh wilayah pulau Madura bahkan dari pulau Jawa.

” tradisi remo pada komunitas blater ini sudah ada sejak lama sebagai warisan nenek moyang orang Madura, dan tradisi remo ini lebih dikenal di Madura Khususnya (Sampang dan Bangkalan). semua ini semata mata sebagai wadah pertemuan para Tokoh blater dari seluruh pulau Madura bahkan dari pulau Jawa. ” Ujar Bun Wid ( Sapaan Akrab Ketua Paguyuban Klebun Pantura Sampang )

” remo ini juga dapat menjadi media untuk
menumbuhkan rasa kebersamaan antar blater sebagai seseorang yang memiliki kesamaan latar belakang, nenek moyang yang sama, dan juga tujuan yang sama. Oleh karena itu, dengan remo, para blater beranggapan dapat mempererat tali silaturrahmi dan kebersamaan baik dalam komunitasnya sendiri maupun dengan komunitas lain.” Tambahnya.

Ditambahkan pula oleh Moh. Wijdan ( Kades Ketapang Daya yang juga Ketua Klebun Pantura Sampang ) bahwa dalam tradisi Remo, setiap anggota kelompok pada dasarnya memiliki motivasi tersendiri memutuskan mengikuti acara ini, meskipun harga diri menjadi faktor utama.

Dalam kehidupan masyarakat Madura, harga diri merupakan hal yang sangat penting dan memiliki nilai yang sangat tinggi. Seorang anggota komunitas blater memiliki harga diri yang sangat tinggi ketika mengikuti tradisi remo. Hal ini sesuai dengan filosofi orang Madura yang mengatakan bahwa “ango’ pote tolang katembhang pote mata”, artinya lebih baik mati daripada hidup dalam malu. Dalam hal ini, seseorang yang mengikuti tradisi remo dianggap dapat merepresentasikan dirinya sebagai individu yang memiliki harga diri tinggi, atau dengan kata lain seseorang yang mengikuti tradisi remo dapat meningkatkan harga dirinya dengan cepat. Juga jelas bahwa ada hubungan yang erat antara harga diri dan tradisi remo.

Untuk diketahui bersama bahwa,tradisi remo merupakan sarana bagi anggota blater untuk menunjukkan gengsinya di masyarakat dengan memamerkan sebuah kedisiplinan, harga diri yang sangat tinggi bagi orang Madura. Selain itu, tradisi Remo bertujuan untuk mencari hubungan dengan orang-orang terkemuka di antara anggota blater. Sedangkan dari sisi modal sosial, tradisi Remo memiliki efek jangka panjang, bukan pengembalian finansial yang cepat. Namun, efek sosialnya lebih berarti bagi anggota blater, dan masyarakat tempat mereka tinggal.

Oleh karena itu, kami menyimpulkan bahwa Dalam masyarakat Madura, tradisi remo. merupakan sebuah rangkaian Keberadaan yang dipertontonkan sebagai bentuk pengakuan dari masyarakat bahwa masyarakat madura sangat menjunjung tinggi kedisiplinan dengan modal kekuatan modal simbolik, modal sosial, modal budaya dan modal ekonomi.

( Red )

Leave a Reply

No More Posts Available.

No more pages to load.